Senin, 19 April 2010

Waralaba Franchise Es Teh Makin Menggeliat



Usaha minuman es teh kini terus berkembang. Buktinya, pebisnis pebisnis Franchise Teh makin banyak.

Usaha minuman es teh yang sejak dulu dikenal masyarakat, tergolong investasi kecil, kurang dari Rp 10 juta. Taruhlah waralaba Goodtea yang memberikan paket bervariasi mulai Rp 4,5 juta, Rp 5,5 juta, Rp 7,5 juta, dan Rp 8 juta untuk kontrak selama tiga tahun.

"Habis kontrak, perpanjangan kontrak akan dikenakan biaya Rp 1 juta per tahun selama tiga tahun. Begitu seterusnya. Tetapi kami tidak mengenakan royalti fee," kata Putra Wilda (32), pemilik waralaba Goodtea saat ditemui di kantornya, Jalan Raya Meruyung, Kelurahan Meruyung, Limo, Selasa (20/10) petang.

Menurut Putra Wilda, mitra Goodtea sekarang hampir 1.000 yang tersebar bukan saja di kawasan Jabodetabek (300-an booth), tetapi sampai Medan dan Papua. Hebatnya, Putra yang tinggal dan berkantor di Meruyung, Limo, Depok, ini, hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa sukses.

“Awalnya saya menjalankan lima belas booth, tetapi sekarang semuanya sudah menjadi milik mitra,” ujar pria lulusan Universitas Sahid ini.

Nama lain yang disebut banyak pihak menguasai jaringan waralaba es teh adalah Es Teh Cap Poci. Namun, sayang petugas di kantor Es Teh Cap Poci di Jalan H Samali, Pasarminggu, menolak untuk diwawancarai.

“Manajemen tidak memperbolehkan memberikan keterangan kepada wartawan,” kata petugas saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Namun, di website mereka, biaya investasi untuk menjadi mitra Es Teh Cap Poci sebesar Rp 4 juta dengan isi paket antara lain booth, cooler box, termos, container es teh, dan teko listrik.

“Keunggulan kami adalah booth Goodtea berupa knock down, jadi mudah membawa dan menggesernya. Satu lagi adalah konsep tricycle booth yang memiliki mobilitas tinggi,” ujar Putra Wilda.

Namun, ada juga usaha semacam ini yang masih sedikit jumlah mitranya. Sebut saja Teh Mesir The Mummy yang dikelola Dedi Wahyuni (27). Nilai investasi sebesar Rp 4 juta dan Rp 5 juta. Usaha yang dikelola Dedi adalah minuman teh bunga rosela.

“Sejak awal 2009 saya mengelola dua booth, dan sekarang ada booth yang dikelola mitra. Kendala kami minuman teh rosela belum memasyarakat,” kata pria asli Condet, Jakarta Timur, ini.

Usaha minuman Franchise Teh memang terus berkembang. Mengapa es teh menjadi pilihan, menurut Putra Wilda, karena kebutuhan minuman sangat tinggi dan es teh sudah memasyarakat. Putra meracik teh Goodtea dari teh hijau, teh hitam, dan bunga melati.

“Teh Goodtea tidak ada di pasaran. Teh Goodtea hanya ada di booth Goodtea. Jadi kami memang tidak memanfaatkan mitra untuk mempromosikan produk kami, tetapi mitralah yang menjualnya sendiri,” katanya.

Satu hal lagi, baik Goodtea maupun Teh Mesir The Mummy tidak memasang fee untuk royalti dan waralaba. Hanya saja, setelah kontrak tiga tahun pertama habis, jika diperpanjang, setiap tahun mereka dikenai biaya mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1 juta setiap tahun sekali.

Umumnya harga satu gelas es teh mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 3.500 tergantung lokasinya. Dengan investasi sebesar itu, hitung-hitungan usahanya akan berjalan lancar dengan minimal penjualan 50 gelas per hari.

“Jika sehari bisa menjual 100 gelas, butuh waktu sebulan saja untuk balik modal,” ujar Putra Wilda. Lokasi usaha semacam ini umumnya yang efektif di sekolah, pasar, rumah sakit, kantin, mini market, pusat perbelanjaan, games area, tempat hiburan dan rekreasi, terminal, dan stasiun

wartakota.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar