Jumat, 24 Juni 2011

Iklan Obat Di Media Yang Kadang Terlalu Menyederhanakan Penyakit

RAMAI dibicarakan orang minuman berserat, minuman penyegar, dan sejenisnya (smart drink) yang di Barat disangsikan orang. Orang bertanya apa ada faedahnya? Kalau ada, apa perlu diminum? Kalau memang perlu, apa tidak ada efek sampingnya?Demikian pula bunyi iklan obat batuk, atau obat mencret. Di mata medis terkesan iklan obat menyederhanakan penyakit. Persepsi masyarakat tentang penyakit jadi rancu, seakan semua obat batuk, obat mencret, atau obat lainnya niscaya menyembuhkannya. Padahal tidak begitu di penglihatan medis. Penyebab penyakit bisa lebih dari satu. Lain penyebabnya, lain pula obatnya.


Sejatinya tidak semua yang mengaku obat, masuk nalar medis. Dunia medis sendiri sedang ditantang mengorek begitu banyak ragam pengobatan dan penyembuhan nonmedis yang membingungkan pasien. Memang tidak semuanya nonsens. Ada yang perlu diperhitungkan.

Ke depan kita masih akan menyaksikan masyarakat tersesat sewaktu berobat, oleh karena tentu jumlah obat bebas yang beredar semakin banyak dan beragam, sedang masyarakat belum dibikin pintar memilih obat, dan cara berobat yang benar. Itu berarti, ongkos berobat swamedikasi agar bisa mengirit, malah jadi pemborosan, dan hasilnya pun mungkin nihil.

ETIKA beriklan harus sama jujurnya dengan kerja profesi dokter. Jika iklan obat masih tak etis, semakin tumpul nalar medis masyarakat dibuatnya, dan masyarakat tersesat untuk menjadi sehat, selain tak hemat membelanjakan obat.

Yuk Temukan beragam info menarik tentang - Iklan obat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar