Bagi yang mengelola blog pribadi, salah satu hal yang susah-susah gampang adalah memilih templat atau desain buat tampilan blog. Tampilan blog memang bukan segala-galanya bagi kesuksesan sebuah blog, tetapi ada baiknya kita memperhatikan pertimbangan teknis seputar itu. Selain itu, ternyata kita juga harus memperhatikan sejumlah rambu-rambu terkait dengan standar Web Desain saat memposting tulisan di blog.
Kali ini saya mengundang Thomas Arie Setiawan, salah seorang web desainer yang populer di kalangan blogger, sebagai guest blogger. Dia saya minta menuliskan tips-tips terkait dengan standar web. Kemudian ia menyerahkan serial tulisannya berdasarkan wawancaranya dengan Boy Avianto, seorang blogger yang memiliki pendidikan akademis dalam bidang ini. Semoga bermanfaat.
T: Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang mungkin banyak diajukan, atau paling tidak muncul dalam perkembangan web desain di Indonesia…
A: Silakan…
Terima kasih. Untuk yang pertama, sebenarnya apa yang dimaksud dengan “Webstandard” itu?
Secara sederhana, web standard adalah standar yang diciptakan oleh W3C (WWW Consortium) untuk membuat situs web; jadi semacam panduan.
Ini merupakan panduan secara teknis?
Sangat teknis. Oleh karena itu, sebuah badan lain Web Standard Organization mencoba untuk membuatnya menjadi gampang di implementasikan.
Apakah Anda ingin menunjukkan bahwa mendesain sebuah situs web yang sesuai dengan standar merupakan hal yang mudah?
Sangat mudah. Sama seperti membuat sebuah esai dan memiliki panduan. Analogi sederhananya: apakah Anda merasa lebih mudah menulis esai dengan panduan atau tanpa panduan? Analogikan saja misalnya desain web standard adalah seperti panduan menulis esai.
Tetapi, toh tanpa mengikuti panduan tersebut, situs web tetap bisa dinikmati oleh para audience. Jadi kenapa harus dipersulit dengan sebuah standar seperti itu?
Dipersulit? Kata siapa? Justru dengan mengacu pada panduan itu ada beberapa hal yang lebih mudah. Misalnya, kita yakin bahwa situs web kita bisa dibuka dengan segala macam devices. Ingat situs web sekarang tidak hanya bisa dibuka dengan browser di komputer. Selain itu, kita yakin bahwa setiap kali ada browser upgrade situs kita tidak perlu ‘ganti kode’. Ini dikenal dengan forward compability.
Berarti, hal-hal teknis seperti itu menjadi tanggung jawab siapa? Desainer, audience, atau mungkin ada lembaga yang memang berkompeten dengan hal semacam ini?
Ingat, tahun 1997, di mana kita harus melihat bahwa sebuah kode HTML hanya bisa berjalan di salah satu browser tertentu? Itu 1997. Desainer harus tanggap terhadap perkembangan ini. Audience akan ***ntungkan karena mereka bisa mengakses informasi tersebut dengan cara apa saja, mereka boleh protes seandainya tidak bisa. Mengenai lembaga, sejauh ini belum dibutuhkan, tetapi tergantung budaya. Bisa jadi di sebuah negara keberadaan sebuah lembaga formal justru dibutuhkan.
Kurang lebih, intinya adalah user oriented design atau ‘desain yang berorientasi kepada pengguna’. Apa sih tujuan membuat sebuah situs? Apakah untuk pemilik situs? Kalau iya, Anda tidak perlu peduli dengan pengguna. Silakan gunakan cara apa saja. Ini yang sering dilupakan pemilik situs: strategi. Strategi bagaimana menyampaikan informasi (atau apa saja) yang pemilik situs inginkan kepada pengguna.
wenggautama.multiply.com