Selasa, 15 September 2009

Apartemen & Penthouse Hunian Berkelas di jakarta

GAYA hidup masyarakat modern saat initelah menetapkan standarnya melalui berbagai hal. Salah satunya pemilihanhunian atau tempat tinggal yang berdampak pada peningkatan citra diri.

Kaum urban, sebagairepresentasi dari modernitas, memikirkan banyak pertimbangan dalam memilihhunian. Tak melulu nyaman dan aman, juga strategis dan bernilai investasitinggi. Berada di wilayah sentral kota,rumah pun jadi pilihan sulit. Ketika luas tanah tak memadai, kaum urbanmembutuhkan tempat tinggal yang nyaman sekaligus proper (sesuai) dengan gaya hidup kosmopolitmereka.

s
ebagian kalangan elite Jakarta memilih model apartemen supermewah dengan prestise hunian tertinggi di pusat kota melalui penthouse. Da Vinci Penthouse (DVP) misalnya, menawarkan total 28 unit Penthouse Residence eksklusif yang dibanderol dengan harga masing-masing USD1 juta (sekiraRp9,3 miliar).

Harga tersebut dalamkondisi ruangan 85 persen kosong. Tapi toh, dengan harga selan*** itu, okupansiDVP terbilang tinggi. ”Sejak diluncurkan Juli 2006, sudah ada 20-an unit yangterjual. Itu sekira 85 persen dari total unit yang tersedia. Kebanyakanpenghuni kami datang dari kalangan atas dengan kisaran usia 45-50 tahunan,”ucap General Manager PT Davincido Nusantara Erwin H Hawawinata. Apa sebenarnyayang membuat penthouse diminati?

Selain tawaran eksklusivitas, berbagai fasilitas kelas satu ditawarkan Da Vinci bagi para penghuninya. Luas setiap unit terbagi dua, yakni 453 meter persegi dan 416meter persegi. Ruangannya terdiri atas dapur, ruang makan, ruang keluarga,empat kamar tidur, dan dua ruangan untuk pembantu serta sopir. Konsep desaineksterior dan interiornya pun serba elegan.

Dengan jumlah terbatas,maka penghuni dijamin lebih leluasa menikmati berbagai fasilitas yang tersedia.Mulai kolam renang, sauna, perpustakaan, ruang fitnes pribadi, hingga lapangantenis. Soal keamanan pun sangat terjamin, dengan pengawalan lebih dari 60 satpam. Harga super premium tak lagi menjadi pertimbangan utama para pemilik DVP.

Namun, bagaimana huniantersebut bisa menjelaskan status mereka dalam kehidupan. Masalah status inimemang terkait dengan globalisasi budaya dan faktor kepentingan. ”Ada ungkapan menarik dalammenggambarkan hunian modern. Sky is the limit. Bagi kaum jetset, semakin tinggihunian berada, semakin tinggi pula kebanggaan mereka dalam kehidupan,” ujarpengamat properti Panangian Simanungkalit. Berbeda dengan karyawan biasa yang hanya bisa cari Kost Murah di dekat kawasan kerjanya.

Dia juga menjelaskan bahwaterjadi pergeseran dari budaya landed house (hunian biasa) menuju Apartment Suites.”Semakin tingginya harga tanah di wilayah perkotaan, membuat daerah pinggiran Jakarta menjadi pilihanuntuk membangun rumah. Sementara untuk mengimbangi fokus pekerjaan di Ibu Kota, maka butuh apartemen sebagai ruang tinggal untuk meningkatkan efektivitas kerja,” ujarnya

lifestyle.okezone.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar