Rabu, 17 Februari 2010

Kepulauan Seribu Butuh Perhatian Pemerintah Pusat

Bupati Kepulauan Seribu Burhanuddin mengatakan diperlukan keberpihakan pemerintah pusat untuk membangun dan melestarikan lingkungan Kepulauan Seribu. Saat ini sudah ada empat pulau yang hilang dan mati surinya usaha pariwisata bahari di sana.

"Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani mengatakan Gubernur paling bawel minta bantuan adalah Pak Fauzi Bowo, padahal DKI sudah kaya. Pemerintah Pusat salah, Jakarta dijadikan rivalitasnya," kata Burhanuddin, Selasa (16/2/2010).


Ia mengungkap hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam Round Table Discussion Potensi dan Prospek Pengembangan Sumberdaya Laut Kepulauan Seribu. Acara diselenggarakan SEAMEO Biotrop di Bogor, terkait rangkaian kegiatan ulang tahun ke-42 organisasi Para Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara itu.


Burhanuddin mengatakan, untuk memelihara Jakarta daratan saja, APBD DKI Jakarta tidak cukup. Padahal, masih ada Jakarta kepulauan yang terdiri dari 110 pulau dengan luas wilayah lautan yang harus dijaga mencapai 11 kali wilayah Jakarta daratan.


"Baru Departemen Pekerja Umum yang bantu kami, yakni di pembangunan Kanal Timur. Lainnya, enggak ada. Bagaimana Jakarta kepulauan akan maju," ungkapnya.


Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kepulauan Seribu, kata Bupati, bergantung majunya pariwisata di sana. Untuk itu, kelestarian kepulauan dan keamanan mendatanginya adalah keharusan.


Di kabupaten tersebut antara lain terdapat cagar alam (di 17 pulau), cagar budaya (3 pulau), dan taman nasional laut seluas 107.489 hektar dengan zona intinya 4.449 hektar.


Bantuan yang dibutuhkan dari pemerintah pusat, kata Bupati, antara lain adalah pembangunan kabel listrik bawah laut untuk wilayah utaranya, dimana di sana potensi pariwisata berada dan kapal-kapal penumpang.


"Kapal-kapal yang ada saat ini milik nelayan, yang oleh otorita pabuhan dinyatakan tidak laik untuk angkut penumpang, karena memang itu kapal nelayan untuk menangkap ikan. Pemerintah pusat kan bisa sumbang kapal-kapal penumpang itu, untuk dikelola kelompok-kelompok nelayan," katanya.


Para pengusaha pariwisata juga, lanjut Bupati, banyak yang bertanya akan nasib landasan pacu pesawat di Pulau Panjang. Pembangunanya baru 60 persen dan menghabiskan dana sekitar Rp 200 miliar.


"Sekarang kami harus mengkaji ulang pembangunanya. Dulu Zaman Orde Baru sudah dioperasikan, walaupun yang mendarat pesawat sewaan para wisatawan. Selain taman nasional laut, kan Kepulauan Seribu punya lapangan golf sembilan hole," katanya.


Bupati Burhanuddin juga mengharapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang dibahas dalam diskusi meja bundar Biotrop itu, dapat digunakan pemerintahannya untuk "menjual" Kepulauan Seribu kepada pemerintah pusat maupun investor swasta, demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.


Dalam diskusi itu ada 20 makah hasil penelitian di Kepulauan Seribu, yang dilakukan berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Direktur SEMEAO Biotrop Bambang Purwantara mengatakan hasil diskusi itu akan direkomendasikan ke pemerintah.


"Komitmen Biotrop adalah melanjutkan penelitian di Kepulauan Seribu sehingga pembangunan yang dilaksanakan di sana berbasis pada pembangunan dan pelestarian alam yang berkelanjutan," katanya.


megapolitan.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar