Senin, 09 November 2009

Teknologi Iptek Mampu Membaca Pikiran Manusia



Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan mampu menunjukkan bahwa pikiran manusia dapat "dibaca" hanya dengan memperhatikan aktivitas otak.

Dengan menggunakan pemindai canggih untuk mengukur peredaran darah, melalui lingkungan realitas maya berbasis komputer, para ilmuwan Inggris mampu menyebutkan dimana para relawan berada.

"Yang mengejutkan, hanya dengan melihat data pada otak, kita bisa memperkirakan dengan tepat dimana mereka (responden) berada. Dalam kata lain, kami bisa 'membaca' ingatan spasial (berkenaan dengan ruang) mereka," kata Eleanor Maguire dari Wellcome Trust Center for Neuroimaging, University College London, kepada para wartawan.

Penemuan Membaca Pikiran ini membuka kemungkinan bagi pengembangan mesin pembaca ingatan, meskipun Maguire menilai risiko kekacauan dalam membaca pikiran masih jauh bisa terjadi.

Namun begitu, dia yakin penemuan membaca pikiran yang dilaporkan dalam jurnal Cell Biology ini akan membantu pengembangan riset ganguan ingatan seperti pada Alzheimer dengan penyinaran cahaya untuk mengetahui bagaimana daerah otak besar menyimpan memori.

Maguire dan koleganya menggunakan satu teknologi yang dikenal sebagai "pencitraan resonansi magnetik fungsional" atau fMRI yang menyoroti daerah otak saat daerah-daerah ini aktif.

Dengan memindai otak manusia atau membaca pikiran seperti memainkan game realitas maya dalam komputer, para ilmuwan mampu mengukur aktivitas neuron (sel syaraf) tertentu dalam otak besar (hippocampus), satu daerah otak yang disebut penting sekali bagi navigasi dan memori.

Penelitian ini meratakan jalan bagi analisis tentang bagaimana pikiran-pikiran lain, termasuk memori yang lebih lengkap mengenai masa lalu atau visualisasi masa depan, didata dalam sel syaraf.

Itu bermakna bahwa penggunaan fMRI untuk pemeriksaan forensik keseluruhan memori dan pikiran, membuka kemungkinan timbulnya masalah etika.

Untuk sementara teknologi membaca pikiran ini hanya bekerja pada relawan yang berkehendak dan peneliti Demis Hassabis menilai teknologi ini masih membutuhkan waktu setidaknya 10 tahun sebelum itu mungkin diaplikasikan.

"Membutuhkan masa yang lama sebelum teknologi seperti itu menjadi mungkin diterapkan, dimana anda bisa membaca pikiran seseorang dalam satu masa singkat manakala pikiran-pikiran itu tidak kooperatif," katanya.

republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar