Kamis, 28 Januari 2010

Jasa Badut dan Pesulap Masih Eksis



RUMAHNYA di Gang I Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto nampak lengang. Hanya ada seorang ibu tua sedang duduk santai bersama cucunya di teras rumah sederhana itu. Tak lama berselang, dari rumah terlihat seorang pria dengan kumis lebat keluar.

Pak Dullah atau Bang Dullah, pria itu akrab dipanggil. Mengenakan kaos oblong putih dan celana selutut, pria itu terus mengumbar senyumnya. Tepat di atap teras rumah, tergantung tulisan sulap dan badut (professional clown). ''Ya, masih ada saja yang manggil saya untuk main sulap,'' ungkap bapak tiga anak ini sembari menghisap kuat-kuat rokok filternya.

Tepat di atas dia duduk, terlihat berjajar rapi kepala-kepala badut. Tak ada yang seram dari badut-badut itu. Hampir semuanya tokoh film anak-anak. ''Selama ini, yang sering tampil di acara ulang tahun, perpisahan siswa TK dan khitanan,'' katanya.

Bisa bermain sulap seperti saat ini, Pak Dullah tak pernah secara khusus sekolah. Diawali belajar di Solo, dia langsung mengikuti seorang tabib yang juga pesulap. ''Dari Solo, saya belajar lagi ke seorang pesulap dan juga jualan alat sulap di Surabaya,'' ujarnya.

Kini, didukung lamanya bergelut dengan sulap, Pak Dullah sudah mengantongi berbagai macam permainan sulap. Diantaranya, meja goyang, dompet keluar api, lilin jadi bunga, kertas jadi uang dan sendok bengkok sendiri. Selain itu, masih ada beberapa permainan sulap yang siap menghibur penonton. ''Saya terus mengikuti perkembangan sulap. Dan, seminggu sekali saya berlatih,'' katanya.

Ditengah berbincang santai itu, mendadak tangannya mengeluarkan dompet. Dengan cepat, tangan itu membuka dompet. Dan, dari dompet itu keluar api yang siap membakar apa saja. ''Ini bentuk permainan sulap dompet keluar api,'' ungkapnya yang langsung menutup kembali dompet dan tersenyum.

Tak hanya itu, meja bundar di sudut rumah yang sebelumnya tenang mendadak bergoyang. Melihat itu, Pak Dullah hanya tertawa. Namun, dia tidak memperlihatkan sedikit pun rahasia dibalik bergoyangnya meja tersebut. ''Sulap itu kan hiburan,'' katanya.

Sebagai seorang pemain sulap yang kerap menghibur anak-anak, Pak Dullah dituntut pandai mengambil hati anak-anak. Tak heran, pria kelahiran Mojokerto, 16 November 1966 itu humoris dan menunjukkan kasih sayangnya saat bertemu anak-anak. ''Selain keahlian, juga dituntut bisa mengajak komunikasi anak-anak,'' katanya.

Selama ini yang dirasakan, tidak ada waktu-waktu ramai tanggapan atau sepi. Setiap bulan dalam setahun hampir rata-rata. ''Sebulan ya rata-rata enam kali,'' katanya. Tergantung permintaan, hanya sulap atau lengkap dengan badut. Masing-masing mempunyai tarif sendiri. ''Kalau sulap lengkap dengan badut Rp 500 ribu,'' ungkapnya.

Untuk tarif tersebut, dia harus bermain sekitar satu jam dengan 7 sampai 12 macam permainan sulap. Sedangkan, kalau hanya sulap saja, tarifnya Rp 350 ribu. Pun kalau hanya badut (professional clown), tarifnya Rp 200 ribu. ''Tak hanya acara anak-anak. Saya pernah ***ndang pada acara halalbihalal dan reuni. Tapi memang, dalam halalbihalal itu pesertanya membawa anaknya,'' katanya.

Anaknya yang sekarang sudah SMA sudah diajari permainan sulap. Bahkan, anaknya tersebut sudah mulai berani memenuhi tanggapan. Kalau permintaan belajar, belakangan memang ada. Tapi, belum bisa dipenuhi. Permintaan tersebut berbarengan dengan banyaknya acara sulap di televisi.

jawapos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar