Jumat, 21 Januari 2011

Edukasi Konsep Go Green Untuk Para Arsitek

Arsitek Rumah di Indonesia harus mampu mengedukasikan pentingnya penerapan green property ke pemberi tugas ataupun masyarakat. Itu merupakan peran yang harus dijalankan selain merancang bangunan. Dalam hal itu, arsitek harus mampu menginformasikan dampak ke lingkungan sekitar bila satu bangunan tak menerapkan prinsip-prinsip go green. “Edukasi tersebut mesti dilakukan perlahan-lahan agar tidak ada pertentangan dengan pemberi tugas


Terkait makin menguatnya isu go green, Pramtama menjelaskan, kini ada gerakan yang menganjurkan agar arsitektur rumah tinggal menggunakan bahan-bahan yang hemat energi ataupun ramah lingkungan. Di sini, arsitek dianjurkan berupaya agar karyanya tak memberi efek negatif ke lingkungan. “Misalnya, rumah yang terlalu banyak menggunakan kaca itu kan bersuhu panas sehingga perlu banyak menggunakan AC. Ini merugikan lingkungan sehingga harus diminimalkan

Lantas, apa yang menjadi hambatan bagi mereka untuk menerapkan hal tersebut? Pramtama berkata, kadang-kadang ada hal yang membuat arsitek tak bisa menerapkan arsitektur go green. Misalnya, pemberi tugas ataupun pemilik bangunan ingin agar lahan digunakan seoptimal mungkin sehingga lahan yang tersisa hanya sedikit. Otomatis, area resapan air berkurang. Bila hal itu terjadi, tentu ada keterbatasan dalam menerapkan arsitektur go green. “Bangunan tersebut, dengan demikian tak punya prinsip-prinsip dasar sebagai bangunan ramah lingkungan,

Jadi, walau kunci terbesar ada di respons arsitek terhadap isu go green, pemberi tugas dan masyarakat juga mesti menyadari pentingnya isu itu. Kesadaran tersebut memang harus dibangun bersama

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar