Namun pada saat ini, sebuah maket bangunan yang sebelumnya identik dengan desain bangunan sebuah projek, kini dapat menjadi sebuah souvenir atau cindera mata yang dapat diperjualbelikan sebagai sebuah benda seni. Memang hal ini kurang lazim bagi kalangan arsitek, tetapi maket sebagai souvenir atau pajangan ternyata sangat menarik bagi konsumen.
Tiga arsitek muda, yakni tedy (27), deni (27), dan shinta (26), yang tergabung dalam bengkel “seni maket” kultur mengkhususkan membuat maket rumah minimalis tradisional (mrt) indonesia. Walau baru berdiri sekitar sepuluh bulan, bengkel kultur ini telah membuat berbagai jenis maket rumah tradisional nusantara seperti maket rumah toraja, batak karo, kalimantan, dsb. Model maket rumah minimalis rumah adat se-nusantara ini ternyata sangat menarik dan mulai mendapat respon dari konsumen. “maket rumah dari sebuah miniatur bangunan dapat memiliki nilai jual di masyarakat ketika hal itu menjadi sebuah karya seni, seperti maket rumah minimalis tradisional,” kata tedy. Ia menambahkan, meski selama ini maket hanya sebuah miniatur atau pelengkap projek dan alat presentasi saja, tapi ketika diolah dengan memperhatikan keindahan gambar maket rumah, filosofi, bahan dan lainnya, mrt dapat memiliki nilai jual seni yang tinggi. Seperti dikatakan shinta, seni maket yang mereka buat dapat dinikmati masyarakat umum. Sebab, ditinjau dari sudut pandang orang awam ataupun orang-orang yang telah terbiasa dengan pekerjaan maket, karya mereka bisa dilihat sebagai sebuah karya seni yang indah ketika dipajang.
http://www.terranet.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar