Kandungan nutrisi kentang bakar pada abad mendatang tidak akan sebanyak periode sebelumnya, demikian menurut hasil penelitian terbaru dari Universitas Southwestern, Texas, Amerika Serikat, yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology.
Menurut seorang peneliti bernama Max Taub, seiring dengan akumulasi gas karbondioksida (CO2) di atmosfer akibat pembakaran bahan bakar fosil, kadar nutrisi makanan di banyak jenis bahan
Max dalam penelitiannya menganalisa lebih dari 200 hasil riset para peneliti lain.
Kajian yang ia lakukan lebih mengarah pada keterkaitan antara kenaikan gas rumah kaca dengan jumlah protein di jawawut, beras, gandum, kacang kedelai, dan kentang. Ia juga mencermati bahan pangan utama, yang banyak dikonsumsi di negara-negara miskin, yang sangat bergantung bisa mendapatkan protein dari pola makan mereka.
Analisa Max kemudian menyebutkan bahwa kenaikan gas CO2 menimbulkan kadar protein dalam kentang menurun hingga 14%.
Sementara kadar protein di jawawut turun lebih dari 15%, dan penurunan hampir 10% terjadi di gandum serta beras. Angka penurunan kadar protein yang paling kecil ditunjukkan oleh kacang kedelai, karena bahan pangan ini cuma terdegradasi kandungan proteinnya sebanyak 1,4%.
"Ini hanya satu dari banyak efek berubahnya iklim global," kata Max.
Mengapa perubahan iklim berdampak langsung terhadap penurunan kadar nutrisi protein dalam makanan?
Max menjelaskan, penurunan kadar nitrogen bisa diatasi dengan memberikan pupuk nitrogen, tapi langkah ini memicu masalah lingkungan karena dampaknya buruk bila pupuk nitrogen sampai mencemari air.
Solusi lain yang bisa ditawarkan adalah pengembangan bibit tanaman pangan yang lebih tinggi konsentrasi proteinnya, minimal lebih besar daripada kadar CO2. Jadi nutrisi makanan sehat bisa dipertahankan.
www.kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar