Rabu, 20 Januari 2010

Paket Tour Bali: Biro Perjalanan Fokus ke Pasar Domestik



Agar terus bertahan di tengah ketatnya persaingan dan terus menurunnya jumlah wisatawan asing, sejumlah biro perjalanan wisata kini lebih fokus menggarap pasar dometik. Selain tetap membuat paket-paket tour wisata, banyak di antara mereka yang berubah menjadi penjual tiket.

Manajer Operasional Pasar Tiket Tour & Travel Prio Herlambang mengatakan, kondisi pasar paket perjalanan tour wisata kini terbalik. Dulu paket-paket perjalanan itu lebih banyak diisi oleh wisatawan asing dari Eropa dan Asia, tetapi mulai tahun 2004 lebih banyak diisi oleh wisatawan domestik.

"Dulu perbandingannya 60 persen asing, 40 persen domestik. Tapi sekarang menjadi 20 persen asing dan 80 persen domestik," tuturnya.

Menurut dia, penurunan jumlah paket tour wisata (paket tour bali) untuk wisatawan asing itu sangat dipengaruhi oleh menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Selain akibat kerusuhan tahun 1998, banyak isu lain seperti terorisme, bom Bali, hingga flu burung dan flu babi yang membuat wisatawan asing enggan datang.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pasar Tiket kini lebih fokus menggarap pasar domestik. Selain paket tour wisata untuk rombongan karya wisata sekolah dari DIY ke Bali (paket tour bali) atau Jakarta, Pasar Tiket juga banyak menangani kunjungan kerja instansi pemerintah daerah ke Yogyakarta.

"Yogyakarta ini kan menjadi tempat studi banding bagi daerah lain, makanya kami juga fokus ke situ," ujarnya.

Dalam sebulan, lanjut Prio, setidaknya ada sepuluh kali paket kunjungan kerja ke Yogyakarta. Kebanyakan peserta berasal dari kabupaten-kabupaten di Pulau Kalimantan. Selain diantar ke dinas maupun lembaga yang menjadi tujuan studi banding, peserta kunjungan kerja itu juga diantar mengunjungi sejumlah obyek wisata.

Secara terpisah, Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) DIY Mahidin A Desky mengatakan bahwa sejak tahun 1998 bisnis biro perjalanan wisata memang terus menurun. Dari 145 anggota Asita DIY, sekitar 40 persen di antaranya berada dalam kondisi tidak sehat. Pengelola biro perjalanan harus kreatif mencari peluang agar bisa bertahan.

Ada banyak biro perjalanan yang menjual tiket, tetapi keuntungannya sangat kecil sehingga dia tetap tidak bisa berjalan normal. "Seharusnya mereka mencari peluang lain, misalnya dengan menjadi penyelenggara kegiatan MICE (meeting, incentive, conference and exhibition)," ujarnya.

Menurut dia, keterpurukan biro perjalanan bukan hanya terjadi di DIY, melainkan di seluruh Indonesia. Kondisi ini merupakan cermin dari belum pulihnya sektor pariwisata di Tanah Air.

travel.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar