Senin, 27 Juli 2009

Belajar Melukis dan Sensor Motorik Pada Anak

Sebuah masjid menyembul di tengah kehijauan pepohonan di atas bukit. Sebuah lukisan yang memberikan keteduhan bagi mata yang memandangnya. Siapa sangka karya indah itu olesan tangan seorang bocah yang pernah mengalami cedera otak?

Lebih dari 100 lukisan dipamerkan di tiga lantai di Hotel Crown Plaza Jakarta, 26 November hingga 2 Desember 2008. Yang istimewa dari pameran itu menampilkan beberapa karya polesan tangan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Lukisan berjudul Mosque itu karya Edo (13 tahun). Menurut ayah Edo, Agus B Yanuar, anaknya dilahirkan hyperbilirubin (bayi kuning), lalu penurunan butir darah merah yang berakibat cedera otak karena kekurangan pasokan oksigen. Serangkaian terapi dilakukan untuk memperbaiki sistem motorik dan mengejar keterlambatan. Salah satu terapi tambahan dipilih melalui Les Melukis.

Berkat asahan Alianto, bakat melukis Edo terkuras luar biasa. Sejak Februari 2008 hingga kini telah menuntaskan 12 lukisan, termasuk yang dipamerkan.Perjalanan Edo tak lepas dari peran serta orangtuanya. Ibu Edo, Revita Tantri tidak sekadar mendampingi Les Melukis, tapi ikut terjun langsung.

Edo mendesaknya ikut bergabung dengan sebuah Sanggar Lukis. ''Ternyata Belajar Melukis bersama anak-anak dan keluarga momen yang sangat menyenangkan,'' ungkap Tantri yang kini mendirikan 'Rumah Belajar' sebagai arena terapi wicara, terapi okupasi, fisio terapi dan kelas melukis.Motorik halusMelukis, menurut dr Melly Budiman SpKJ, Belajar Melukis sangat bermanfaat bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Anak autis, misalnya, memiliki motorik halus yang buruk.

Dengan ikut Sanggar Melukis membuat motorik halusnya menjadi lebih baik. Manfaat lainnya, dari sisi emosi, mereka cenderung tidak terkendali. ''Dengan melukis atau ukut Kursus Melukis bisa membantu mengendalikan emosinya agar lebih terarah,'' katanya acara Kasih Bunda Mengantar Pelukis Muda.

Anak-anak yang berkebutuhan khusus biasanya tidak fokus. Sepuluh menit bila hanya duduk, pasti tidak betah. Dengan Kursus Melukis, anak-anak itu dituntut fokus mengerjakan sesuatu sampai selesai, tambah Ketua Yayasan Autisma ini.Alianto salah seorang pelukis yang malang melintang...

republika.co.id

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar