Rabu, 23 Desember 2009

Memilih Kuliah Kedokteran

Salah satu jurusan/fakultas yang paling banyak peminatnya pada suatu institusi pendidikan tinggi adalah kedokteran. Sehingga bisa kuliah di fakultas/jurusan ini saja sudah menjadi suatu prestasi tersendiri, apalagi kalau institusi tersebut adalah instrtitusi negeri (red. Perguruan Tinggi Negeri atau PTN).

Karena banyaknya peminat inilah berbagai macam cara ditempuh untuk meraihnya, baik melalui cara yang benar (red. belajar) atau melalui berbagai praktik kecurangan (red. joki, beli soal ujian, dsb).

Banyak pula alasan mereka memilih untuk kuliah kedokteran, salah satu diantaranya peluang kerja yang ditawarkan setelah lulus seperti menjadi dokter PTT, bisa praktek mandiri, peluang untuk diangkat menjadi PNS.

Kuliah di Indonesia atau di Luar Negeri?

Sebelum memutuskan untuk memilih institusi kedokteran, alangkah baiknya memantapkan dahulu tujuan kuliah di kedokteran, apakah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan spesialisasi di dalam negeri maupun luar negeri, menjadi praktisi atau akademisi.

Kuliah kedokteran di luar negeri bisa menjadi salah satu opsi pilihan. Akan tetapi untuk mendapatkan Surat Ijin Praktek di Indonesia, dokter lulusan luar negeri harus mengikuti program adaptasi. Lama program adaptasi dan pelaksanaan program adaptasi ini tergantung pada kebijakan pemerintah yang berlaku. Saat ini program adaptasi ini dilaksanakan dengan cara mengikuti internship/magang selama + 1 tahun. Program adaptasi ini juga berlaku untuk dokter spesialis lulusan LN yang ingin bekerja di Indonesia. Mengikuti seminar kedokteran bisa menambah info mengenai masalah ini.

Pilih Institusi Negeri atau Swasta?

Saat ini batasan institusi negeri maupun swasta di kedokteran tidak terlalu mencolok, apalagi kalau ditinjau dari segi biaya. Kuliah kedokteran di institusi negeri saat ini juga bisa dikatakan mahal, karena diberlakukannya otonomi kampus yang menuntut institusi negeri tersebut untuk mandiri.

Dari segi kualitas, baik institusi negeri maupun swasta juga tidak jauh berbeda. Hal ini bisa dilihat berdasarkan skor dan ranking yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi atau sering disingkat dengan BAN-PT. Skor ini dapat anda lihat pada situs www.ban-pt.or.id.

Pilih Skill atau Penguasaan Materi?

Pada sebagian institusi pendidikan dokter yang juga menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis atau PPDS, tidak jarang dokter koas / co-schap / dokter muda hanya menjadi penonton saja, karena harus berebut pasien dengan seniornya yang sedang mengambil program spesialisasi. Sebagai imbal baliknya, si senior membimbing dokter muda tersebut yang pada akhirnya dokter muda tersebut dalam hal penguasaan materinya menjadi lebih baik. Sedangkan pada institusi kedokteran yang tidak menyelenggarakan PPDS, dokter pembimbingnya lebih disibukkan untuk melayani pasien, sehingga waktu untuk membimbing dirasakan kurang. Akan tetapi dokter muda tersebut memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menangani pasien secara mandiri, sehingga pengalaman dilapangannya lebih banyak. Mungkin ada juga seminar kedokteran yang membahas hal ini.

Mahir tidaknya seseorang tergantung dari pengalaman yang pernah dialaminya. Pengalaman ini tidak selalu diperoleh dari bangku kuliah, akan tetapi pengalaman saat seorang dokter ditugaskan dilapangan. Semoga bermanfaat.

www.rajasolusi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar