Selasa, 09 Februari 2010

Wisata Shaolin Kungfu Dengfeng Masih Kontroversial



Para Biksu Kuil Shaolin Kungfu China merupakan pendekar-pendekar ilmu bela diri yang sangat terkenal di Dunia. Namun kini mereka diisukan akan dimanfaatkan untuk menghasilkan income pariwisata lewat sistem perekonomian modern!

Disebutkan bahwa pemerintah lokal mulai mengoptimalkan aset potensial para pendekar Shaolin dari kuil Buddha legendaris yang berusia 1.500 tahun ini sebagai salah satu “aset ekonomi” bagi turis. Pemerintah lokal mencanangkan program keuangan lewat transaski pemanfaatan “merek dagang” Shaolin dan merangkul lembaga China Travel Service (Holdings) Ltd. Ini demi meningkatkan pengumpulan fulus sampai setidaknya USD 146,4 juta dalam perolehan devisa. Mungkin Kuil Shaolin tersebut akan diposisikan seperti sebuah “perusahaan entertaint” dalam komersialisasi kepariwisataan.

Juru bicara China Travel Service di Hong Kong yang dikonfirmasi menyatakan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk menjalin kerjasama soal “pembagian keuntungan” tersebut.

Namun dalam sebuah statemen terpisah, Pemerintah Daerah Dongfeng (lokasi kuil itu berada) di Provinsi Henan Pusat, menampik kabar “pemanfaatan ekonomi” dalam “bentuk saham” terhadap kuil dan para pendekar Shaolin tersebut.

Sementara pihak kuil Shaolin Kungfu sendiri menyatakan bahwa Shaolin adalah satu budaya milik semua masyarakat, mereka menentang “komersialisasi lewat saham” dan menyatakan mereka punya tradisi yang tak akan berubah sampai kapan pun.

Wacana Shaolin, pendetanya dan ilmu bela diri khususnya yang berbeda dengan Kung Fu, memang telah dikembangkan menjadi semacam perusahaan bisnis pertunjukan. Ini memicu kontroversi penentangan dan terhadap komersialisasi bisnis kuil, oleh kepala biara Shi Yongxin.

Sejak mengambil alih sebagai kepala biara pada tahun 1990, Shi menjadi sangat agresif untuk mempromosikan dan melindungi citra Shaolin. Ia mengecam perusahaan yang menggunakan dan memanfaatkan nama kuil atau imej-nya tanpa permisi dan pelayanan sebagai produser eksekutif untuk film seni bela diri yang berpusat di kuil.

Namun surat kabar berbasis Shanghai, The Oriental Morning, dan sejumlah pemberitaan menyebutkan bahwa kuil itu sendiri tidak termasuk dalam negosiasi antara pemerintah Dengfeng dan The China Travel Service.

Perjanjian tersebut hanya berkaitan dengan pengajuan nilai USD 14,6 juta untuk 51% pembagian dalam penggunaan nama Shaolin dalam penanganan penjualan tiket, pengopersian, sinema, hotel dan layanan bus turis di wilayah Dengfeng.

MedanTalk.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar