Rabu, 05 Mei 2010

Produk Sabun Cuci Ramah Lingkungan



Produk-produk rumah tangga buatan industri yang tak ramah lingkungan membanjiri berbagai sisi kehidupan. Hal ini membuat masyarakat hampir-hampir tak punya pilihan untuk tidak ambil bagian dalam merusak alam. Kegiatan sesederhana mandi pun bisa jadi ikut menyumbang laju kerusakan hutan.

Apabila dicermati, sebagian besar sabun dan Sabun Cuci yang membanjir warung dan pusat perbelanjaan menggunakan minyak kelapa sawit dalam prosesnya. Satu batang sabun mungkin tak seberapa besar pengaruhnya.

Akan tetapi, seorang manusia bisa menghabiskan ratusan batang sabun selama hidupnya. Dikalikan dengan setengah saja penduduk Indonesia, bisa dibayangkan berapa banyak sawit yang dibutuhkan hanya untuk mandi.

Sawit tak hanya dipakai dalam pembuatan sabun. Berbagai produk kecantikan dan makanan juga menggunakan minyak ini. Tingginya kebutuhan akan sawit telah mengubah hutan Indonesia yang dulu sangat kaya keanekaragaman hayati menjadi perkebunan sawit yang sangat sejenis.

Sabun dan Sabun Cuci ini hanya dibuat dengan bahan utama minyak kelapa, soda api, dan tambahan bahan-bahan alami yang sangat khas Indonesia itu. Pembungkusnya menggunakan kertas daur ulang. Dengan kandungan kimiawi yang sedikit, sabun-sabun ini disebut sabun ramah lingkungan. "Busanya bisa dibuang ke mana pun, tidak merusak tanah atau lingkungan," ujarnya. Selain sabun mandi, Salam juga membuat sabun cuci dan deterjen. Selain itu terdapat berbagai produk pertanian yang bebas pestisida kimiawi.

Sri mengakui, semua produk itu dijual. Hasilnya digunakan untuk biaya menjalankan Sekolah Salam yang saat ini mempunyai murid 120 orang. Di bidang pendidikan, Salam menyelenggarakan sekolah yang pola pendidikannya mendekatkan anak pada alam. Salah satunya dengan belajar di sawah dan belajar mencinta makanan lokal. Saat ini, penjualan produk-produk ramah lingkungan ini bisa menopang 30 persen pengeluaran sekolah. "Kami sudah punya klien tetap dari Kamboja dan komunitas bule di Yogyakarta," ujar Sri.

Selain di bidang rumah tangga, Salam juga mendalami ilmu pengobatan Timur yang mampu menekan penggunaan obat kimiawi yang juga tak sedikit menghasilkan limbah berbahaya. "Indonesia ini sangat kaya dengan tanaman obat-obatan. Kalau ini kembali digali, kita tak perlu sedikit-sedikit memakai obat kimia," kata Kepala SD Salam Kurniawati Ida Purnama.

cetak.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar