Rabu, 21 April 2010

Kain Perca: Mahal Karena Handmade



Sebuah prestasi ditorehkan Cordina (43) saat mengikuti festival quilt tingkat dunia di Tokyo beberapa tahun lalu. Quiltmania mendapat penghargaan sebagai produk quilt atau Kain Perca dengan kualitas terbaik mengalahkan negara-negara lainnya yang ikut berkompetisi.

Kerapihan jahitan tangan produk-produk Dina menjadi salah satu faktor yang membuat Dina mengalahkan negara pesaing termasuk India yang sudah memproduksi kerajinan kain perca secara massal.

Kualitas produk kain perca, menurut Dina memang dilihat dari proses pembuatannya yaitu handmade. Makin sedikit melibatkan mesin dalam proses produksinya maka produk kain perca tersebut makin berkualitas dan makin dicari. Otomatis harganya pun jauh lebih mahal.

Menurut Dina, produk kain percanya 80 persen handmade. Kalaupun harus menggunakan mesin, hanya digunakan untuk mempermudah dalam menyambung kain-kain panjang.

"Selain karena nilai seninya yang tinggi, jahitan tangan juga lebih kuat daripada jahitan mesin jahit," tutur Dina.

Jahitan mesin jahit, jika putus satu maka akan berpengaruh pada benang lainnya sedangkan jahitan tangan tidak. Karena dalam menjahit ada titik-titik tertentu yang tidak tersambung dengan benang lainnya.

Ketelitian dan kesabaran sangat diperlukan karena tidak mudah untuk menyambungkan kain-kain berukuran kecil dengan jahitan tangan. Tak heran jika pengerjaannya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika dikerjakan oleh enam orang pun, satu bed cover kain perca bisa diselesaikan dalam waktu satu bulan.

"Tapi kalau sudah menekuni perkerjaan ini maka akan cinta," ujar Dina.

Setiap bulannya Dina bisa memproduksi 50-100 buah bed cover. Sedangkan untuk produk kecil bisa sampai 500 buah.

Paling mahal Dina pernah menjual produk Kain Percanya sampai RP 6 juta. Sedangkan paling murah satu bed cover untuk ukuran single saja kini harganya Rp 800 ribu.

bandung.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar