Rabu, 21 April 2010

Limbah Kayu Kelapa Menjadi Uang



Ternyata keisengan itulah yang menjadi awal lelaki ini terjun ke bisnis kerajinan kayu kelapa. Dari limbah mebel itu, dia pun membuat beberapa perlengkapan rumah tangga. "Kemudian saya bawa ke Bali dan tawarkan ke art shop art shop. Mereka tertarik karena memang belum banyak kerajinan dari bahan kayu kelapa, namun kata-nya, kualitas produk saya masih di bawah standar, kurang halus. Maka saya pun kembali ke Banyuwangi untuk menyempurnakan.

Setelah itu saya kembali ke art shop di Bali membawa produk saya yang sudah di-finishing halus. Sejak itu saya secara rutin memasok produk-produk kreasi saya ke art shop di sana. Ternyata, buyer local maupun luar negeri sangat suka, maka sejak itu pesanan datang bertubi-tubi sampai saya kewalahan," kata Yulianto yang mengaku memulai usahanya dengan modal Rp 500.000.

Dia memang beruntung. Selain bidang yang digelutinya masih belum banyak ‘pemainnya', latar belakang teknik mesin yang dimilikinya amat sangat membantu. Betapa tidak, dengan pengetahuan mesinnya, dia mampu merakit sendiri mesin-mesin yang dibutuhkan untuk pembuatan kerajinan kayu kelapa (Wedding Souvenirs). "Saya beli komponen-komponennya dari pusat penjualan besi tua, kemudian saya rakit sendiri jadi mesin. Sehingga tak perlu mengeluarkan modal besar untuk membeli mesin," tambahnya.

Ditambahkannya, untuk desain dia mempelajarinya secara otodidak. Desain-desain dari buku, majalah maupun internet, boleh dibilang tak pernah dibacanya. "Saya lebih banyak melihat-lihat, khususnya di Bali juga Yogyakarta. Kalau mau tahu trend kerajinan, saya kira di sanalah tempatnya. Kadang saya melihat barang-barang yang terbuat dari plastic atau bahan lain, inspirasi saya muncul, alangkah bagusnya kalau saya buat barang itu dengan bahan kayu kelapa. Begitu seterusnya," tuturnya.

Dari sering bereksperimen dengan bahan kayu kelapa, diapun jadi tahu bagaimana menghasilkan produk yang bagus untuk cinderamata atau Wedding Souvenirs. "Pada dasarnya saya orang yang selalu penasaran, makanya saya cari terus bagaimana menghasilkan produk yang bagus," tambahnya.

Itu juga sebabnya, kata Yulianto, dia jadi tahu kalau kayu kelapa ternyata mempunyai sejumlah masalah. Misalnya, tidak boleh dijemur terlalu kering karena akan mudah pecah, atau kurang kering akan berjamur. Dia pun jadi tahu untuk menghasilkan produk berkualitas, kadar air dalam kayu kelapa harus benar-benar hilang. Caranya, direndam dengan air biasa selama dua hari, setelah itu diangin-anginkan sampai benar-benar kering. Jangan terjadi kontak langsung dengan matahari. "Kalau ingin cepat, bisa juga pengeringan dengan oven, tapi harus hati-hati, karena bisa pecah," kata Yulianto yang di dalam dirinya mengalir darah seni dari sang ayah yang seorang pelukis.

matabumi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar