Pusat kota yang meliputi Jln. Dewi Sartika, Oto Iskandar Di Nata (Otista), Kapatihan, Dalem Kaum, dan Jln. Asia Afrika serta kawasan Alun-alun bandung seperti lautan manusia dan kendaraan. Semrawut, mungkin ini kata yang tepat untuk menggambarkan situasi pusat Kota Bandung .Nyaris tak ada ruang tersisa dari serbuan manusia dan kendaraan. Pedagang kaki lima (PKL) seperti berebut lahan dengan tukang parkir ilegal. Bahu jalan yang seharusnya menjadi tempat lalu lalang kendaraan bermotor, berubah fungsi menjadi tempat berjualan dan tempat parkir ilegal.
Seolah tak puas hanya menggunakan trotoar, mereka pun menyulap trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki, menjadi tempat berjualan dan tempat parkir ilegal. Kesemrawutan ini semakin lengkap dengan kehadiran tukang becak yang berani melawan arus lalu lintas ketika membawa penumpang. Tak peduli lalu lintas menjadi macet saat mereka melintas, tukang-tukang becak ini nekat melawan arus untuk menghemat energi sampai ke tujuan.
Kondisi terparah bahkan terlihat di kawasan Kepatihan dan Otista. Kendaraan harus berusah payah masuk ke kawasan itu, karena padatnya jalan. Selain PKL, juga terdapat parkir kendaraan serta becak-becak.Tingkah laku PKL dan bisnis parkir motor illegal ini memang membuat jengkel pengguna jalan. "Mereka seperti tidak memperhatikan hak-hak masyarakat seperti pengemudi kendaraan dan pejalan kaki," ujar Ny. Nina yang berulang kali tersenggol motor karena tak bisa berjalan di trotoar yang telah digunakan PKL.
Padahal Pemkot Bandung melarang restoran dan rumah makan buka siang hari selama bulan puasa. Ini di depan Pendopo, PKL terang-terangan berjualan. Jelas-jelas mereka melanggar aturan, kalau restoran dan rumah makan harus tutup, mengapa PKL makanan boleh berjualan," katanya
Sumber – dadarosa.org
Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar